https://riau.times.co.id/
Opini

Lonjakan Stres Ekonomi dan Kesehatan Mental di Bulan Ramadan

Minggu, 09 Maret 2025 - 21:32
Lonjakan Stres Ekonomi dan Kesehatan Mental di Bulan Ramadan Vina Jayanti, S.ST., M.K.M, Dosen Prodi D III Kebidanan, Poltekes Kemenkes Tanjungpinang.

TIMES RIAU, RIAU – Ramadan merupakan bulan yang dinanti-nanti umat Islam di seluruh dunia. Selain menjadi momen spiritual, Ramadan juga berdampak signifikan pada kondisi ekonomi masyarakat. Sayangnya, tidak semua dampak bersifat positif.

Bagi sebagian orang, pengeluaran meningkat drastis akibat kebutuhan pangan, zakat, serta tradisi berbagi. Lonjakan pengeluaran ini sering kali menimbulkan tekanan finansial yang dapat berujung pada stres ekonomi, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Dalam Islam, Ramadan seharusnya menjadi momen untuk menahan diri dari segala bentuk pemborosan dan berfokus pada ibadah. Rasulullah saw bersabda: “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mengajarkan bahwa kesejahteraan sejati bukan semata-mata dari materi, tetapi juga ketenangan hati. Tetapi, dalam praktiknya, banyak orang justru terjebak dalam konsumsi berlebihan dan tekanan ekonomi yang berdampak pada kesehatan mental.

Salah satu teori terbaru yang dapat menjelaskan fenomena ini adalah teori stres psikologis dari Slavich (2020). Teori ini menyatakan bahwa stres psikologis muncul ketika individu menghadapi tekanan lingkungan yang menantang dan melebihi sumber daya yang mereka miliki.

Dalam konteks Ramadan, meningkatnya pengeluaran dan tuntutan sosial dapat menjadi faktor pemicu stres, yang kemudian berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Di Indonesia, fenomena lonjakan harga barang pokok menjelang Ramadan sudah menjadi hal yang biasa. Bahan pangan seperti beras, minyak, dan daging sering kali mengalami kenaikan harga yang signifikan.

Hal ini memperparah beban finansial masyarakat, terutama mereka yang bekerja di sektor informal. Mereka yang tidak memiliki pendapatan tetap harus berjuang lebih keras agar bisa tetap memenuhi kebutuhan keluarga selama Ramadan.

Selain tekanan ekonomi, aspek sosial juga turut berkontribusi dalam meningkatnya stres di bulan Ramadan. Tradisi berbagi dan memberi sering kali berubah menjadi tuntutan sosial yang membebani individu.

Orang merasa terdorong untuk mengikuti gaya hidup konsumtif, baik dalam bentuk membeli makanan berbuka yang berlebihan maupun memberikan hadiah lebaran yang mahal. Padahal, Rasulullah saw. bersabda: “Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa berlebihan dan tanpa kesombongan.” (HR. Ahmad).

Hadis ini mengingatkan bahwa keseimbangan dalam pengeluaran adalah kunci untuk menghindari tekanan finansial. Kesehatan mental juga dipengaruhi oleh pola konsumsi selama Ramadan. Banyak orang yang mengubah pola makan mereka secara drastis, dari yang semula teratur menjadi tidak terkendali saat berbuka.

Konsumsi makanan berlebihan dan kurangnya asupan gizi seimbang dapat memengaruhi kadar gula darah, yang pada akhirnya berdampak pada suasana hati dan tingkat stres seseorang.

Tidak hanya itu, perubahan pola tidur selama Ramadan juga memiliki dampak besar terhadap kesehatan mental. Kurangnya waktu tidur karena sahur dan ibadah malam dapat menyebabkan kelelahan fisik dan emosional.

Meskipun Ramadan membawa tantangan tersendiri dalam hal ekonomi dan kesehatan mental, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

Salah satunya adalah dengan perencanaan keuangan yang lebih baik. Menetapkan anggaran khusus untuk Ramadan dan tidak tergoda oleh pola konsumsi impulsif dapat membantu mengurangi stres finansial.

Selain itu, masyarakat perlu memahami bahwa esensi Ramadan bukanlah tentang kemewahan, tetapi tentang kesederhanaan dan kedekatan dengan Allah SWT. Mengadopsi gaya hidup sederhana dan fokus pada ibadah dapat membantu mengurangi tekanan sosial dan stres ekonomi.

Penting juga bagi individu untuk menjaga kesehatan mental dengan menerapkan manajemen stres yang baik. Berolahraga ringan, bermeditasi, atau sekadar meluangkan waktu untuk berbicara dengan keluarga dan teman dapat membantu mengurangi tekanan yang dirasakan selama Ramadan.

Jika seseorang merasa tertekan karena masalah ekonomi, berbicara dengan orang yang dipercaya dapat membantu meringankan beban emosional.

Pada akhirnya, Ramadan seharusnya menjadi bulan yang membawa ketenangan, bukan beban tambahan. Dengan memahami bagaimana tekanan ekonomi dapat memengaruhi kesehatan mental, serta menerapkan strategi yang tepat untuk mengatasinya, masyarakat dapat menjalani Ramadan dengan lebih tenang dan penuh makna.

***

*) Oleh : Vina Jayanti, S.ST., M.K.M, Dosen Prodi D III Kebidanan, Poltekes Kemenkes Tanjungpinang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Riau just now

Welcome to TIMES Riau

TIMES Riau is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.